Senin, 21 April 2008

Doa Wanita Yang Ingin Bahagia...

Rabb,
Jika pintaku adalah sebuah kemustahilan,
maka tolong hapus semua pinta yang ada di hatiku sebelum aku mengucapkannya.....
Jika pintaku adalah hanya sebatas angan dan mimpi,
maka tolong bangunkan aku segera agar semua tak menjadi kegalauan berpanjangan dari dalam hatiku.....

Rabb,
Jika engkau mendengar pinta ini
Tolong jangan hapus semua rasa yang ada,
biarlah ia tetap disana menjadi sebuah kenangan yang kelak mampu membuat ku tersenyum bila mengingatnya....
Jika engkau mampu melihat sudut hati yang telah memerah ini karena menahan rasa yang tersangat besar,
maka tolong pudarkan warna itu sebelum aku terhanyut dalam semua warna indah yang telah engkau ciptakan....

Rabb,
aku hanya tak ingin kecewa,
terluka,
galau,
atau apapun itu namanya yang mampu membuat air mataku menjadi sungai kecil,
dimana bila kubasuh hatiku dengannya akan terasa perih.....

Rabb,
Aku hanya ingin bahagia.....
hanya itu saja.............

Meninggalkan Sudut Hati

terdiam ku di sudut kenangan,
meratapi apa yang tidak patut diratapi
menyesali apa yang tidak patut di sesali
mengakhiri apa yang seharusnya telah diakhiri

kembali aku ke sudut kedukaan ini,
membunuh seluruh sepi dan mencoba tertawa pada dunia yang semakin lama kurasakan semakin gila ini.....

ke sudut sepi inikah tujuan ku?
bila hati tak mampu lagi menyanyikan senandung hati yang bisu,
bila mata tak lagi menyorotkan arti kedukaan yang dirasakan oleh setiap hati......

sudahlah,
aku ingin pergi jauh.....
melepaskan diri dari sudut ini,
sudut hati yang kupanggil derita.............

sudikah engkau?

tolong bimbing aku........
tunjukkan jalan mana yg harus aku lewati,
jalan mana yg mampu membuat aku bisa keluar dari semua masalah yang ada,
jalan yang bisa membuat aku optimis menghadapi masa depan......

pegang tanganku,
agar aku tak terjatuh
agar aku tak tergelincir,
agar aku bisa tetap berdiri dan menggenggam tanganmu.....

sudikah engkau...?
maukah engkau.....?
tunggu dulu.......
jangan ucapkan semua jawabanmu,
akan kuletakkan tanganku di dadamu,
kan kurasakan,
kudengarkan,
semua jawaban itu dari lubuk hatimu yg paling dalam......

Minggu, 20 April 2008

Hanya sebuah harapan......

Harapan yang ada,
Biarlah hanya untukmu
Rasa sayanag itu,
Biarlah berlalu seperti angin meniup debu
Dan kerinduan itu,
Biarlah terpendam selamanya
sampai engkau tahu,
bahwa disudut hatiku
terukir namamu.......................

Elangku Telah Terbang Jauh part.2

Aku menghela nafas lega. akhirnya elang dapat juga beristirahat setelah memakan obat yang kuberi padanya. sudah pukul dua dini hari, mataku belum juga mau terpejam. mungkin karena terlalu capek, hingga mata ini tidak mau lagi diajak kompromi. zyra tertidur dengan pulasnya. suasana asrama pun telah sepi. besok sore rombongan kami akan pulang ke pekanbaru, setelah dua hari kami mengunjungi kawasan pabrik kertas, dalam rangka kunjungan rutin setiap tahun. Aku bangkit dari duduk, dan mencoba keluar dari kamar. perlahan, kubuka pintu. sepi. kulangkahkan kaki menuju anak tangga. tapi, ketika melewati kamar Elang, aku tertegun sejenak. pintu kamar itu separuh terbuka. apakah elang dan dua orang temannya sengaja membuka pintu kamar ini? ah sudahlah! kuteruskan langkahku. dan aku duduk di anak tangga. suasana yang menyenangkan untuk merenungi semuanya. dan niatku membuang kejenuhan kota dengan rutinitas yang itu2 saja, ternyata memang kudapatkan. setahun yang lalu aku juga ikut dalam kunjungan ini. hanya saja rombongan tidak menginap di asrama ini, tapi asrama sebelah yang oleh anak2 dikatakan cukup angker. waktu itu, aku tengah mengalami konflik yang cukup besar, dan sepulangnya dari kunjungan itu, aku sakit keras. padahal, aku telah berjanji untuk tidak lagi kembali ke tempat ini karena di tempat inilah aku pernah meratapi orang yang pernah menghancurkan harapanku. tapi kenyataan yang ada, aku kembali lagi ke tempat ini dengan membawa luka yang baru. sebuah suara membuat aku menoleh. tampak diah baru saja keluar dari kamarnya yang berada tepat di seberang kamarku."kenapa?",tanyaku. diah duduk disebelahku. ia mengucek2 kedua matanya. lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling, seolah sedang mencari sesuatu.
"Kamu tadi mengetuk kamarku?" tanyanya serius. aku menggeleng pelan. "benar?" ia coba meyakinkan. aku kembali mengangguk."lalu siapa yang mengetuk pintu kamarku? kamu lihat ada yang lewat tadi?"
"Aku nggak liat siapa2. sedari tadi aku disini dan tidak melihat ada yang lewat." ucapku meyakinkan. "kata anak2 asrama ini angker. apa mungkin yang mengetuk pintu kamarku tadi..."diah kembali menatapku dengan wajah ketakutan.
aku tersenyum," kalau kita tawakkal kepada Allah, nggak bakal ada yang mengganggu kita. sudah, jangan di pikirkan. kamu tidur gih, besok kegiatan kita masih banyak!"
Diah bangkit dari duduknya. tanpa mengucapkan apa2, ia meninggalkan ku sendirian. lambat laun tubuh diah menghilang di balik pintu kamarnya. aku hanya menghela nafas. sendiri lagi. dan entah aku menikmati kesendirian kali ini atau malah mencoba mengusir sepi yang melanda hati. aku menoleh kebelakang. dan terkejut saat mendapati sesosok tubuh tengah berdiri di depan pintu kamar, tak jauh dari tempat aku duduk. aku menatapnya sesaat, lalu ia melangkah mendekatiku. "Kenapa belum tidur?"tanyanya lembut. aku menoleh padanya. tapi aku tak menjawab pertanyaannya. "memikirkan sesuatu?" tanyanya lagi. kali ini aku mengangguk. "aku tengah memikirkan komitment yang dulu pernah aku ucapkan".
"komitment?" ulang elang. "aku benar2 ingin menjadi adikmu. tapi kamu tidak mau memberi kesempatan untuk dapat bersikap sebagai seorang adik. kenapa? apa kamu membenciku?"kutatap elang. tak ada ekspresi terkejut dari rona wajahnya ketika menyinggung tentang masa laluku dan dia. "aku tak pernah membencimu. mungkin justru sebaliknya aku yang tak dapat bersikap kepadamu." ucapnya pelan. aku menoleh. ah! ternyata sedikitpun ia tak berubah. " aku tak dapat memenuhi komitment itu. karena itulah aku selalu menghilang dari hadapanmu. aku selalu berusaha menghindar darimu, karena aku tahu aku tak mampu bersikap di depanmu." deg! ya Allah...ternyata selama ini aku salah paham terhadapnya. aku berpikir bahwa ia membenciku...ternyata..........
"justru akulah yang tak dapat memenuhi komitment itu. terserah mau beranggapan apa terhadapku, tapi harus aku akui bahwa aku masih adis yang dulu. aku mencoba untuk mengingkari perasaan itu, tapi aku terlalu munafik....maafkan aku...!!" ada sesuatu yang menggenang di sudut mataku. kenapa harus kukatakan itu? bukankah itu merupakan rahasia hatiku yang seharusnya tak seorang pun yang tau? tuhan, tolonglah aku! aku menoleh kesamping. elang? kemana dia? apakah elang yang tadi hanya sosok hayalanku? segera aku melangkah menuju pintu kamar elang. pintu kamarnya masih tetap seperti yang tadi. sekilas aku menangkap bayangan lelap dalam tidur. allah, apa mungkin yang berbicara denganku tadi...?

***

Anak2 satu rombongan telah siap untuk berangkat. rencananya pagi ini kami akan berkumpul untuk berdiskusi di balai latihan pertanian terpadu milik perusahaan yang kami kunjungi. zyra mendekatiku sambil menjinjing tas ransel miliknya. "diah cerita, kalau ada yang mengganggunya tadi malam. sepertinya ada sesuatu di asrama ini dis!" ucapnya sambil berbisik. "sudah, jangan terlalu di dramatisir ceritanya. yuk keluar!!"ajakku. aku dan zyra keluar bersamaan. dan tanpa sengaja aku berpapasan dengan elang beserta teman2nya. "lang..."panggilku pelan. rasa penasaranku tentang tadi malam belum juga terhenti. elang menghentikan langkahnya. "kenapa dis?" tanyanya. "apa tadi malam kamu ada keluar dari kamar? kira2 pukul dua lewat,"
elang terdiam. sedetik kemudian ia menggeleng. benar dugaanku. berarti apa yang dikatakan oleh anak2 tentang penghuni tempat ini benar, termasuk juga aku yang diganggu oleh mereka. tapi hatiku sedikit lega, karena setidaknya yang mendengarkan isi hatiku tadi malam bukanlah elang. aku tersenyum pada elang dan melangkah meninggalkannya yang masih heran dengan peretanyaanku.

perjalanan pulang, pkl. 14.45 wib.

Sudut hati adis,
sebenarnya harus aku akui bahwa kamulah yang terbaik bagiku dalam beberapa waktu yang lalu. elangku memang harus terbang tinggi untuk mencapai cita2nya. dan aku akan merelakan kepergianmu dari sisiku, sepahit apapun itu. lupakan apa yang pernah aku katakan. lupakan apa yang pernah kamu baca dari sudut hati ini. tapi, jangan pernah lupakan satu keinginanku, tetaplah menjadi seorang abang bagiku, bagi seorang adis. bantu aku, untuk dapat menjadi seorang adik yang baik bagimu.....

sudut hati elang,
maafkan aku dis. maafkan aku harus berbohong padamu. sosok yang tadi malam menemanimu berbicara memang aku. tapi aku tak sanggup mendengar pengakuan polos dari hatimu. aku tetaplah aku. aku ingin merubah hidupku, dan itu semua harus kulakukan sejak hari ini. sekali lagi, maafkan aku............



"Untuk elangku, ikutilah kemana arah langkah kakimu. tapi satu pintaku, jika kamu telah lelah berjalan dan tak menemukan satu rumahpun untukmu melepaskan lelah, menolehlah ke belakang. kamu akan menemukan satu pintu rumahku, akan tetap terbuka untuk menanti kepulanganmu........"

Sabtu, 19 April 2008

Elangku Telah Terbang Jauh part.1


"Hendakku berlayar denganmu,
tapi aku masih bingung arah mata angin.....
aku aku masih ragu akan langit.....
Hendakku bentangkan layar,
tapi aku masih ragu siapa nakhodanya....
aku masih bimbang adakah isinya......" (Elang)




Zyra menyikut lenganku. dengan senyum menggoda, ia seolah mengerti apa yg tengah melanda perasaanku sejak pertama kali berangkat. aku mengalihkan pandangan mataku ke arah tangga, dan disana terlihat sesosok tubuh tengah melangkah dengan letihnya,menaiki anak tangga satu2. aku seharusnya meninggalkan zyra yang tak henti menggodaku, namun akhirnya aku mengurungkan niatku itu. suara elang yang memanggilku membuatku tertegun. sedetik kemudian, sosok itu berdiri tepat disisiku. "kamu memanggilku?". elang mengangguk lemah, "kamu punya persediaan obat nggak?". "kamu sakit?",tanyaku balik. ia mengangguk pelan. nafasku memburu, kenapa apa yang kubayangkan sebelum berangkat terjadi? "kamu punya enggak? ya sudah...."elang berlalu dari hadapanku. aku masih berdiri tertegun, sementara elang telah hilang dari pandangan mataku. Dengan segera aku masuk ke kamarku yang tepat berada di samping kamar elang. aku menggeledah isi tasku, berharap ada sebutir obat yang kucari. zyra yang duduk di sebelahku memandang heran dengan apa yang kulakukan. "kamu punya obat sakit kepala,zyr?"tanyaku. zyra menggeleng. sudah kuduga. kemana harus kucari obat itu, sementara disekitar asrama tidak ada warung. "siapa yang sakit dis?"
"elang. tadi dia mengeluh sakit kepala padaku. kemana harus kucari obat itu ya? kira2 anak2 di kamar sebelah punya nggak? atau aku harus...."
"dis!!" zyra menghentakkan tangan kananku. matanya menatapku tajam, seolah tidak menyukai apa yang aku lakukan. aku tertegun sesaat. "kenapa harus kamu yang merisaukannya? dia bisa cari obat sendiri, kamu bukan siapa2nya lagi! ingat itu..." seru zyra dengan suara tertahan. kedua kakiku melemah, aku duduk terkulai di sisi tempat tidur. benarkah apa yang dikatakan zyra bahwa aku sudah tidak punya hubungan apa2 lagi? tapi bukankah kami telah saling membuat komitment untuk dapat menjalin hubungan seperti abang dan adik?
"Dis....aku tahu tentang komitment yang pernah kalian ucapkan. tapi, kamu nggak bisa menyembunyikan perasaanmu...dengan memberi perhatian yang berlebih terhadapnya, itu membuat ketegaran yang telah kamu buat akan roboh kembali." tutur zyra dengan lembut. kutarik nafas panjang. aku bangkit dari dudukku dan meninggalkan zyra. aku tahu apa yang harus aku lakukan. kutelusuri koridor asrama, dan memulai mengetuk satu persatu kamar teman2 yang lain. berharap salah satu rombonganku ada yang membawa obat.....

bersambung............




















Jumat, 18 April 2008

*Putri*

putri,
mengapa mata beningmu meredup?
adakah engkau merasa ketakutan? atau adakah sesuatu yang membuat pilu hatimu?
jangan menangis sayang,
lihat...pipi mulusmu basah oleh anak sungai itu.....
bunda takkan kemana-mana,
maka bersandarlah di pundak bunda....
letakkan kepalamu di pundak bunda,
agar bunda dapat melindungimu....
melindungi binar matamu yang telah hilang binarnya.....

Setumpuk Duka Di Mata Rembulan Part.2

"Siapa itu?" tanyaku saat aku terjaga. kulihat jam di kamarku pukul satu dini hari. kulihat jendela kamar, telah terbuka lebar. kuulangi pertanyaanku hingga beberapa kali. namun hening. tak ada siapa2. kudekati jendela, dan melihat ke sekeliling. kulihat dibalik akasia yang tegak dengan kekarnya di samping rumah, ada yang bersembunyi di balik dedaunannya.
"Kaukah itu rembulan?" tanyaku dengan suara yang serak. angin menjawab pertanyaanku,"yah, rembulan tengah gundah hingga ia membangunkanmu".
"Apakah aku mengganggumu sayang?" lirih terdengar suara rembulan. berangsur2 ia keluar dari persembunyiannya. aku menggeleng, mana pernah aku merasa terganggu dengan kehadiranmu. "aku tengah berduka sayang. beberapa malam yang lalu datang kepadaku seorang ibu. ia memiliki sepasang anak. telah sejak lama ia terpisah dengan anak lelakinya akibat perceraian. setelah berpuluh tahun, ia berjumpa kembali dengan putranya itu. tetapi bukan sebagai anaknya, melainkan sebagai kekasih putrinya. sang ibu begitu tertekan, karena kedua anaknya tak bisa di pisahkan dan tidak menerima takdir sebagai saudara kandung.
kemudian datang lagi seorang wanita yang mengeluh telah kehilangan kekasihnya akibat perjodohan. karena tak rela sang kekasih di ambil orang,akhirnya sang pria bunuh diri. ia tak ingin melihat sang gadis hidup berdampingan dengan org lain.
terakhir datang kepadaku seorang gadis yang tengah kecewa. ia mencintai seorang pria yang jauh disana. tak tahu entah dimana. rasa rindu yang menggulung hatinya membuat ia sangat lemah dan tak berdaya. ia mencintai pria yang sesungguhnya belum begitu di kenalnya.
katakan padaku sayang...benarkah cinta selalu membuat orang menderita? aku selalu memikirkan hal itu, tapi tak jua kunjung kutemukan jawabannya".
Aku menatap rembulan dalam, sedalam duka yang tengah di rasakannya. memang, tak ada air mata yang keluar. tapi redupan sinarnya membuat semua umat tahu bahwa ia tengah berduka.
"rembulan, ingatkah apa yang dulu pernah engkau ucapkan padaku? bahwa cinta sesungguhnya adalah kesengsaraan. siapapun yang merasakan cinta, berarti ia telah siap membuka pintu kesengsaraannya sendiri. tak perlu kau bersedih rembulan. duka yang kau pancarkan, justru menjadi bumerang bagi umat manusia di bumi. cinta itu alami. dan itu merupakan pemberian sang khalik. engkau tak perlu menentangnya. biarkan anak2 manusia itu menyelesaikan permasalahannya sendiri. aku tahu engkau ingin menolong mereka, tapi ingatlah kodrat mu!"
Kutatap kembali sang rembulan, kali ini ia tersenyum. mengangguk perlahan. ah, aku senang bila melihat rembulan kembali tersenyum. aku tak tahu mengapa aku bisa berkata begitu panjang kepada rembulan. karena saat ini, justru akulah yang butuh pertolongan rembulan. karena sang gadis yang datang terakhir pada rembulan, adalah aku...............

*End*

Lupa.....

Aku lupa,
apakah sengsara pernah menghampiriku?
atau tanpa kusadari memang telah melekat?
Aku juga lupa,
bahwa kau pernah mengatakan cinta adalah awal kesengsaraan
ah,kau memang benar!
berapa kali sengsara mencintaiku?
atau cinta yang menyengsarakanku?
dua,lima atau seratus kali?
tampaknya aku tak jera.....
Aku telah lupa...
bahwa satu diantara seratus itu aku pernah mencintaimu,
kau menyengsarakanku dan aku terbawa arus....
aku melupakanmu,
karena kau mencambuk hatiku
atau kau malah membelai hatiku?
Ah, lupakanlah!
cinta itu memang kesengsaraan
biarkan aku melupakanmu sejenak,
atau aku benar-benar telah lupa...?

Setumpuk Duka Di Mata Rembulan part.1

Aku menatap rembulan, yang malam ini memberi sinar redup di permukaan bumi. padahal, malam ini begitu cerah. tak ada mendung ataupun gerimis yang turun. hanya angin, yang berhembus pelan. seolah mengerti keadaan rembulan yang sedang tak ingin bercanda dengannya. ataupun, membalas gurauan2 sang angin.
aku tercenung. heran bercampur gundah. kenapa? kenapa rembulan? tidakkah kehadiranku disini cukup untuk membuat malam yang kau lalui menjadi cerah? atau mungkin, engkau telah bosan dengan kehadiran2ku yang hanya memberimu bertumpuk masalah? ah, rembulan...seharusnya saat ini kau sudah mendengarkan rentetan ceritaku. atau mungkin seharusnya saat ini telah ada solusi yang kau tawarkan padaku sebagai jalan keluar dari segala permasalahan. kenapa rembulan? katakan padaku,mungkinkah saat ini engkau tengah kalut dengan semua permasalahan anak manusia?
adakah terlihat dimatamu kalau di sudut dunia sebelah timur seorang anak manusia telah membuatmu bersedih karena penderitaannya? atau disebelah selatan, seorang anak manusia telah melakukan kejahatan yang sesungguhnya bukanlah inginnya? atau mungkin seorang ibu telah kehilangan anaknya karena perang atau konflik apapun yang menimbulkan pertumpahan darah? ingin saat ini aku mendekapmu rembulan. ingin kutunjukkan ketulusan hatiku. tolong bicaralah padaku.......



bersambung..........

Kamis, 17 April 2008

Dirimu.......

Tangan engkau kah itu?
yang menyambut ku saat terjatuh....?
yang memegang saat aku hampir tergelincir....?


Tangan engkau kah itu?
yang diam-diam membawa beban ini ke tempat dimana seharusnya aku meletakkannya......
yang turut memapahku saat kedua kaki ini sudah tak kuasa lagi berjalan tegak dan lurus......

Tanganmu kah yang selama ini telah banyak merubah kesepian menjadi kenyamanan dalam langkahku?

Tolong ulurkan tanganmu kepadaku,
agar aku dapat melihat gurat lelah yang selama ini telah kau pikul demi aku.............

Jangan Pergi....

Jangan Pergi......
Saat aku merasa sangat menyayangimu,
Saat aku tak lagi merasa kesepian
Saat kidung telah bernyanyi untukku......

Jangan Pergi......
Aku hanya ingin bersamamu,
Memulai hari-hari dengan penuh senyum.....
karena bagiku tak ada duka yang datang,
saat sepanjang hari kuhabiskan bersamamu.....

Jangan pergi,
Ku mohon..................

Rabu, 16 April 2008

Noktah......

Di atas noktah inikah harus kutuliskan seluruh perasaanku terhadapmu.....??

setelah kutuliskan,

sudikah engkau membacanya?

Bolehkah Aku Menangis?

Bolehkah aku menangis?
untuk melapangkan segala beban,
untuk meringankan semua angkara yang ada di hati,
atau setidaknya hanya berempati pada siapapun yang tengah berduka......

bolehkah aku menangis?
di pundakmu?
di dadamu?
atau.........

bolehkah aku menangis?
karna hanya itu yang mampu aku lakukan?
karna wanita hanya memakai perasaan saja?

tidak......
bukan......

sekali lagi aku ingin bertanya,
bolehkah aku menangis?
hanya untukmu saja........
karna aku begitu merindukanmu

Selasa, 15 April 2008

Isi hati tanpa judul.......

Tertundukku dalam diam,
menyapa wajah sang perindu yang tak tahu entah dimana
tapi kerap kali menusuk sukma tuk mencoba alihkan rasa......
diakah orangnya?
entahlah....aku tak tahu.....

Tertundukku dalam sepi,
menyambut jiwa yang kerap kali tersesat diantara jiwa2 sang perindu
mencoba bertanya,
layakkah sebuah mimpi menjadi nyata?
diakah?
lagi-lagi....entahlah.....

Tertundukku menahan rindu,
menelan diam-diam air mata yang tak hendak berhenti mengalir,
hingga anak sungai itu terbentuk......
telah hanyutkah semua rinduku?

wahai sang perindu yang merindu....
sudikah engkau menatap kearahku?
agar kepalaku tak lagi tertunduk oleh beban rasa yang menyakitkan ini?
agar jiwa ini terbebas dari semua luka..............



Senin, 14 April 2008

Siluet......

Menatap senja di hamparan salju,
wajahmu membentuk goresan diantara putihnya sang salju...
adakah ini pertanda aku merindukanmu?

Minggu, 13 April 2008

Jika ........

Bila engkau bertanya tentang aku,
maka akan kukatakan bahwa aku hanya wanita biasa yang tiada sempurna...
aku wanita yang hanya mampu melakukan segala sesuatu dengan logikaku,
aku sesederhana rembulan di siang hari dan matahari di malam hari,
maka masih sudikah engkau berbagi?

bila ia bertanya tentang cintaku,
maka akan kukatakan padanya bahwa cinta adalah hidupku,
bahwa rindu adalah pelengkap langkahku di kemudian hari,
maka,
masih sudikah engkau bertanya tentang filsafat cinta padaku?

Rindu Sang Ayah

Ayah,
Malam ini aku merindukanmu
air mata ini menggenang di pelupuk mataku bila mengingatmu. aku merasa hampa. aku merasa sepi. aku merasa sendiri. dan kesepian inilah yang menemaniku sepanjang malam tadi. tak mampu aku menyembunyikan rindu ini dari bunda. kuajak beliau ke makam hari ini, dan bunda bertanya "kenapa mendadak?". aku terdiam dan sesaat kemudian menjawab, "kangen....". bunda mengangguk sambil tersenyum. agaknya ia memahami arti kepiluanku saat mengingat sang ayah. Ayah....aku sungguh2 merindukanmu. mengapa tak hadir sekali saja tuk menjengukku dalam mimpi?