Minggu, 20 April 2008

Elangku Telah Terbang Jauh part.2

Aku menghela nafas lega. akhirnya elang dapat juga beristirahat setelah memakan obat yang kuberi padanya. sudah pukul dua dini hari, mataku belum juga mau terpejam. mungkin karena terlalu capek, hingga mata ini tidak mau lagi diajak kompromi. zyra tertidur dengan pulasnya. suasana asrama pun telah sepi. besok sore rombongan kami akan pulang ke pekanbaru, setelah dua hari kami mengunjungi kawasan pabrik kertas, dalam rangka kunjungan rutin setiap tahun. Aku bangkit dari duduk, dan mencoba keluar dari kamar. perlahan, kubuka pintu. sepi. kulangkahkan kaki menuju anak tangga. tapi, ketika melewati kamar Elang, aku tertegun sejenak. pintu kamar itu separuh terbuka. apakah elang dan dua orang temannya sengaja membuka pintu kamar ini? ah sudahlah! kuteruskan langkahku. dan aku duduk di anak tangga. suasana yang menyenangkan untuk merenungi semuanya. dan niatku membuang kejenuhan kota dengan rutinitas yang itu2 saja, ternyata memang kudapatkan. setahun yang lalu aku juga ikut dalam kunjungan ini. hanya saja rombongan tidak menginap di asrama ini, tapi asrama sebelah yang oleh anak2 dikatakan cukup angker. waktu itu, aku tengah mengalami konflik yang cukup besar, dan sepulangnya dari kunjungan itu, aku sakit keras. padahal, aku telah berjanji untuk tidak lagi kembali ke tempat ini karena di tempat inilah aku pernah meratapi orang yang pernah menghancurkan harapanku. tapi kenyataan yang ada, aku kembali lagi ke tempat ini dengan membawa luka yang baru. sebuah suara membuat aku menoleh. tampak diah baru saja keluar dari kamarnya yang berada tepat di seberang kamarku."kenapa?",tanyaku. diah duduk disebelahku. ia mengucek2 kedua matanya. lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling, seolah sedang mencari sesuatu.
"Kamu tadi mengetuk kamarku?" tanyanya serius. aku menggeleng pelan. "benar?" ia coba meyakinkan. aku kembali mengangguk."lalu siapa yang mengetuk pintu kamarku? kamu lihat ada yang lewat tadi?"
"Aku nggak liat siapa2. sedari tadi aku disini dan tidak melihat ada yang lewat." ucapku meyakinkan. "kata anak2 asrama ini angker. apa mungkin yang mengetuk pintu kamarku tadi..."diah kembali menatapku dengan wajah ketakutan.
aku tersenyum," kalau kita tawakkal kepada Allah, nggak bakal ada yang mengganggu kita. sudah, jangan di pikirkan. kamu tidur gih, besok kegiatan kita masih banyak!"
Diah bangkit dari duduknya. tanpa mengucapkan apa2, ia meninggalkan ku sendirian. lambat laun tubuh diah menghilang di balik pintu kamarnya. aku hanya menghela nafas. sendiri lagi. dan entah aku menikmati kesendirian kali ini atau malah mencoba mengusir sepi yang melanda hati. aku menoleh kebelakang. dan terkejut saat mendapati sesosok tubuh tengah berdiri di depan pintu kamar, tak jauh dari tempat aku duduk. aku menatapnya sesaat, lalu ia melangkah mendekatiku. "Kenapa belum tidur?"tanyanya lembut. aku menoleh padanya. tapi aku tak menjawab pertanyaannya. "memikirkan sesuatu?" tanyanya lagi. kali ini aku mengangguk. "aku tengah memikirkan komitment yang dulu pernah aku ucapkan".
"komitment?" ulang elang. "aku benar2 ingin menjadi adikmu. tapi kamu tidak mau memberi kesempatan untuk dapat bersikap sebagai seorang adik. kenapa? apa kamu membenciku?"kutatap elang. tak ada ekspresi terkejut dari rona wajahnya ketika menyinggung tentang masa laluku dan dia. "aku tak pernah membencimu. mungkin justru sebaliknya aku yang tak dapat bersikap kepadamu." ucapnya pelan. aku menoleh. ah! ternyata sedikitpun ia tak berubah. " aku tak dapat memenuhi komitment itu. karena itulah aku selalu menghilang dari hadapanmu. aku selalu berusaha menghindar darimu, karena aku tahu aku tak mampu bersikap di depanmu." deg! ya Allah...ternyata selama ini aku salah paham terhadapnya. aku berpikir bahwa ia membenciku...ternyata..........
"justru akulah yang tak dapat memenuhi komitment itu. terserah mau beranggapan apa terhadapku, tapi harus aku akui bahwa aku masih adis yang dulu. aku mencoba untuk mengingkari perasaan itu, tapi aku terlalu munafik....maafkan aku...!!" ada sesuatu yang menggenang di sudut mataku. kenapa harus kukatakan itu? bukankah itu merupakan rahasia hatiku yang seharusnya tak seorang pun yang tau? tuhan, tolonglah aku! aku menoleh kesamping. elang? kemana dia? apakah elang yang tadi hanya sosok hayalanku? segera aku melangkah menuju pintu kamar elang. pintu kamarnya masih tetap seperti yang tadi. sekilas aku menangkap bayangan lelap dalam tidur. allah, apa mungkin yang berbicara denganku tadi...?

***

Anak2 satu rombongan telah siap untuk berangkat. rencananya pagi ini kami akan berkumpul untuk berdiskusi di balai latihan pertanian terpadu milik perusahaan yang kami kunjungi. zyra mendekatiku sambil menjinjing tas ransel miliknya. "diah cerita, kalau ada yang mengganggunya tadi malam. sepertinya ada sesuatu di asrama ini dis!" ucapnya sambil berbisik. "sudah, jangan terlalu di dramatisir ceritanya. yuk keluar!!"ajakku. aku dan zyra keluar bersamaan. dan tanpa sengaja aku berpapasan dengan elang beserta teman2nya. "lang..."panggilku pelan. rasa penasaranku tentang tadi malam belum juga terhenti. elang menghentikan langkahnya. "kenapa dis?" tanyanya. "apa tadi malam kamu ada keluar dari kamar? kira2 pukul dua lewat,"
elang terdiam. sedetik kemudian ia menggeleng. benar dugaanku. berarti apa yang dikatakan oleh anak2 tentang penghuni tempat ini benar, termasuk juga aku yang diganggu oleh mereka. tapi hatiku sedikit lega, karena setidaknya yang mendengarkan isi hatiku tadi malam bukanlah elang. aku tersenyum pada elang dan melangkah meninggalkannya yang masih heran dengan peretanyaanku.

perjalanan pulang, pkl. 14.45 wib.

Sudut hati adis,
sebenarnya harus aku akui bahwa kamulah yang terbaik bagiku dalam beberapa waktu yang lalu. elangku memang harus terbang tinggi untuk mencapai cita2nya. dan aku akan merelakan kepergianmu dari sisiku, sepahit apapun itu. lupakan apa yang pernah aku katakan. lupakan apa yang pernah kamu baca dari sudut hati ini. tapi, jangan pernah lupakan satu keinginanku, tetaplah menjadi seorang abang bagiku, bagi seorang adis. bantu aku, untuk dapat menjadi seorang adik yang baik bagimu.....

sudut hati elang,
maafkan aku dis. maafkan aku harus berbohong padamu. sosok yang tadi malam menemanimu berbicara memang aku. tapi aku tak sanggup mendengar pengakuan polos dari hatimu. aku tetaplah aku. aku ingin merubah hidupku, dan itu semua harus kulakukan sejak hari ini. sekali lagi, maafkan aku............



"Untuk elangku, ikutilah kemana arah langkah kakimu. tapi satu pintaku, jika kamu telah lelah berjalan dan tak menemukan satu rumahpun untukmu melepaskan lelah, menolehlah ke belakang. kamu akan menemukan satu pintu rumahku, akan tetap terbuka untuk menanti kepulanganmu........"

Tidak ada komentar: