uraian air mata dalam kabut ini kuberi nama perih
kucoba merajut dengan benang-benang merahnya darah
dan memberi warna dalam hangatnya malam bersama perih...
rasa yang tenggelam ini tak mampu menatap fajar
juga tak mampu menatap sempurnanya malam oleh bulan
hanya meratapi,
berteriak sengau diantara jangkrik yang bernyanyi
uraian cerita ini kusebut masa lalu
yang memberi redup dalam keresahan
dan membuat desahan sengau ini menjadi rintihan
dan kulalui malam
tanpa mimpi,
juga sepi......
Jumat, 09 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar